LENGKAP !! KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN PERHITUNGANNYA

Ini adalah bagian dari tugas Teknik Digital + Praktek

oleh : 

Fiesca Noercikalty Aditya 201931262

IT PLN

Komponen Elektronika

Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut memiliki fungsi-fungsinya tersendiri di dalam sebuah Rangkaian Elektronika. Seiring dengan perkembangan Teknologi, komponen-komponen Elektronika makin bervariasi dan jenisnya pun bertambah banyak. Tetapi komponen-komponen dasar pembentuk sebuah peralatan Elektronika seperti Resistor, Kapasitor, Transistor, Dioda, Induktor dan IC masih tetap digunakan hingga saat ini.

Berdasarkan cara kerjanya, komponen elektronika diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :

1.      Komponen pasif adalah komponen elektronika yang dapat beroperasi tanpa memerlukan arus atau tegangan listrik tambahan saat bekerja.

2.      Komponen aktif adalah komponen elektronika yang memerlukan arus atau tegangan internal (sumber tambahan) untuk dapat beroperasi.

Komponen aktif ini dapat menguatkan dan menyearahkan arus listrik, komponen aktif juga dapat mengubah bentuk energi menjadi energi lain.

Dari kedua jenis komponen tersebut, berdasarkan fungsinya komponen elektronika dapat dibagi  menjadi tranducer, sensor, dan actuator.

Komponen Pasif :

A.   Resistor (Hambatan)

Komponen dasar elektronika yang berfungsi menahan arus listrik. Resistor tetap yang memiliki nilai tahanan (resistansi) tetap. Resistor Variable  yang memiliki nilai tahanan bervariasi.

Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm (Ω). Nilai Resistor biasanya diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna yang terdapat di badan Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga dengan Resistansi atau Resistance.

Jenis-jenis Resistor diantaranya adalah :

1.     Resistor yang Nilainya Tetap

2.     Resistor yang Nilainya dapat diatur, Resistor Jenis ini sering disebut juga dengan Variable Resistor ataupun Potensiometer.

3.     Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya, Resistor jenis ini disebut dengan LDR atau Light Dependent Resistor

4.     Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu, Resistor jenis ini disebut dengan PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficient)

Gambar dan Simbol Resistor :

Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna

Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.

Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :

Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2

Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1

Gelang ke 2 : Hitam = 0

Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105

Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%

Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.

Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3

Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1

Gelang ke 2 : Hitam = 0

Gelang ke 3 : Hijau = 5

Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105

Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%

Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.

Contoh-contoh perhitungan lainnya :

Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :

2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =

2200 – 5% = 2.090

2200 + 5% = 2.310

ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti berikut : HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU (HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)

Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Angka :

Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari Komponen Axial, karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh Resistor yang berbentuk Komponen Chip menggunakan Kode Angka langsung jadi sangat mudah dibaca atau disebut dengan Body Code Resistor (Kode Tubuh Resistor)

Contoh :

Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;

Contoh cara pembacaan dan cara menghitung nilai resistor berdasarkan kode angka adalah sebagai berikut :

Masukkan Angka ke-1 langsung = 4

Masukkan Angka ke-2 langsung = 7

Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm) 

Contoh-contoh perhitungan lainnya :

222 → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm

103 → 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm

334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm

Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :

(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)

4R7 = 4,7 Ohm

0R22 = 0,22 Ohm

Keterangan :

Ohm = Ω

Kilo Ohm = KΩ

Mega Ohm = MΩ

1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )

1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)

1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)

B.   Kapasitor (Condensator)

Komponen dasar elektronika yang berfungsi menyimpan muatan listrik selama waktu tertentu. Kapasitor tetap yang memiliki nilai kapasitansi tetap. Kapasitor Variable (Varco) yang memiliki nilai kapasitansi bervariasi.

Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsi-fungsi Kapasitor (Kondensator) diantaranya adalah dapat memilih gelombang radio pada rangkaian Tuner, sebagai perata arus pada rectifier dan juga sebagai Filter di dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya). Satuan nilai untuk Kapasitor (Kondensator) adalah Farad (F)
Jenis-jenis Kapasitor diantaranya adalah :

1.     Kapasitor yang nilainya Tetap dan tidak ber-polaritas. Jika didasarkan pada bahan pembuatannya maka Kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari Kapasitor Kertas, Kapasitor Mika, Kapasitor Polyster dan Kapasitor Keramik.

2.     Kapasitor yang nilainya Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan Negatif, Kapasitor tersebut adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator (ELCO) dan Kapasitor Tantalum

3.     Kapasitor yang nilainya dapat diatur, Kapasitor jenis ini sering disebut dengan Variable Capasitor.

Gambar dan Simbol Kapasitor :

Rangkaian Seri dan Paralel Kapasitor serta Cara Menghitung Nilainya –

Berikut ini adalah nilai Kapasitansi Standar untuk Kapasitor Tetap yang umum dan dapat ditemukan di Pasaran :

Menurut Tabel diatas, hanya sekitar 133 nilai Standar Kapasitor Tetap yang umum dan dapat ditemukan di Pasaran. Jadi bagaimana kalau nilai kapasitansi yang paling cocok untuk rangkaian Elektronika kita tidak ditemukan di Pasaran atau bukan nilai Standar Kapasitor Tetap? Jawabannya adalah dengan menggunakan Rangkaian Seri ataupun Rangkaian Paralel Kapasitor.

1.     Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator)

Rangkaian Paralel Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih Kapasitor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Dengan menggunakan Rangkaian Paralel Kapasitor ini, kita dapat menemukan nilai Kapasitansi pengganti yang diinginkan.

Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :

Ctotal = C1 + C2 + C3 + C4 + …. + Cn

Dimana :

Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor

C1     = Kapasitor ke-1

C2    = Kapasitor ke-2

C3    = Kapasitor ke-3

C4    = Kapasitor ke-4

Cn     = Kapasitor ke-n

Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel Kapasitor

Contoh Kasus untuk menghitung Rangkaian Paralel Kapasitor

Seorang  Perancang Rangkaian Elektronika ingin merancang sebuah Peralatan Elektronika, salah satu nilai Kapasitansi yang diperlukannya adalah 2500pF, tetapi nilai tersebut tidak dapat ditemukannya di Pasaran Komponen Elektronika. Oleh karena itu, Perancang Elektronika tersebut menggunakan Rangkaian Paralel untuk mendapatkan nilai kapasitansi yang diinginkannya.

Penyelesaian :

Beberapa kombinasi yang dapat dipergunakannya antara lain :

1 buah Kapasitor dengan nilai 1000pF

1 buah Kapasitor dengan nilai 1500pF

Ctotal = C1 + C2

Ctotal = 1000pF + 1500pF

Ctotal = 2500pF

Atau

1 buah Kapasitor dengan nilai 1000pF

2 buah Kapasitor dengan nilai 750pF

Ctotal = C1 + C2 + C3

Ctotal = 1000pF + 750pF + 750pF

Ctotal = 2500pF 

2.     Rangkaian Seri Kapasitor (Kondensator)

Rangkaian Seri Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah dan lebih Kapasitor yang disusun sejajar atau berbentuk Seri. Seperti halnya dengan Rangkaian Paralel, Rangkaian Seri Kapasitor ini juga dapat digunakan untuk mendapat nilai Kapasitansi Kapasitor pengganti yang diinginkan. Hanya saja, perhitungan Rangkaian Seri untuk Kapasitor ini lebih rumit dan sulit dibandingkan dengan Rangkaian Paralel Kapasitor.

Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :

1/Ctotal = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3 + 1/C4 + …. + 1/Cn

Dimana :

Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor

C1     = Kapasitor ke-1

C2    = Kapasitor ke-2

C3    = Kapasitor ke-3

C4    = Kapasitor ke-4

Cn     = Kapasitor ke-n

Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Seri

 

Contoh Kasus untuk menghitung Rangkaian Seri Kapasitor

Seorang Engineer ingin membuat Jig Tester dengan salah satu nilai Kapasitansi Kapasitor yang paling cocok untuk rangkaiannya adalah 500pF, tetapi nilai 500pF tidak terdapat di Pasaran. Maka Engineer tersebut menggunakan 2 buah Kapasitor yang bernilai 1000pF yang kemudian dirangkainya menjadi sebuah Rangkaian Seri Kapasitor untuk mendapatkan nilai yang diinginkannya.

Penyelesaian :

2 buah Kapasitor dengan nilai 1000pF

1/Ctotal = 1/C1 + 1/C2

1/Ctotal = 1/1000 + 1/1000

1/Ctotal = 2/1000

2 x Ctotal = 1 x 1000

Ctotal = 1000/2

Ctotal = 500pF 

Catatan :

Nilai Kapasitansi Kapasitor akan bertambah dengan menggunakan Rangkaian Paralel Kapasitor, sedangkan nilai Kapasitansinya akan berkurang jika menggunakan Rangkaian Seri Kapasitor. Hal ini sangat berbeda dengan Rangkaian Seri dan Paralel untuk Resitor (Hambatan).

Pada kondisi tertentu, Rangkaian Gabungan antara Paralel dan Seri dapat digunakan untuk menemukan nilai Kapasitansi yang diperlukan.

Kita juga dapat menggunakan Multimeter untuk mengukur dan memastikan Nilai Kapasitansi dari Rangkaian Seri ataupun Paralel Kapasitor sesuai dengan Nilai Kapasitansi yang kita inginkan.

C.  Inductor (Kumparan)

Komponen pasif elektronika yang dapat menghasilkan magnet jika dialiri arus listrik dan sebaliknya dapat menghasilkan listrik jika diberi medan magnet.

Induktor atau disebut juga dengan Coil (Kumparan) adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga sebagai alat kopel (Penyambung). Induktor atau Coil banyak ditemukan pada Peralatan atau Rangkaian Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi seperti Tuner untuk pesawat Radio. Satuan Induktansi untuk Induktor adalah Henry (H).

Jenis-jenis Induktor diantaranya adalah :

1.     Induktor yang nilainya tetap

2.     Induktor yang nilainya dapat diatur atau sering disebut dengan Coil Variable.

Gambar dan Simbol Induktor :

1.     Rangkaian Seri Induktor

Rangkaian Seri Induktor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 atau lebih induktor yang disusun sejajar atau berbentuk seri. Rangkaian Seri Induktor ini menghasilkan nilai Induktansi yang merupakan penjumlahan dari semua Induktor yang dirangkai secara seri ini.

Rumus Rangkaian Seri Induktor adalah sebagai berikut :

Ltotal = L1 + L2 + L3 + ….. + Ln

Dimana :

Ltotal = Total Nilai Induktor

L1 = Induktor ke-1

L2 = Induktor ke-2

L3 = Induktor ke-3

Ln = Induktor ke-n

Contoh Kasus Rangkaian Seri Induktor

Berdasarkan gambar contoh rangkaian Seri Induktor diatas, diketahui bahwa nilai Induktor :

L1 = 100nH

L2 = 470nH

L3 = 30nH

Ltotal= ?

Penyelesaiannya

Ltotal = L1 + L2 + L3

Ltotal = 100nH + 470nH + 30nH

Ltotal = 600nH

Rangkaian Paralel Induktor

Rangkaian Paralel Induktor adalah sebuah rangkaian yang terdiri 2 atau lebih Induktor yang dirangkai secara berderet atau berbentuk Paralel.

Rumus Rangkaian Paralel Induktor

Rumus Rangkaian Paralel Induktor adalah sebagai berikut :

1/Ltotal = 1/L1 + 1/L2 + 1/L3 + ….. + 1/Ln

Dimana :

Ltotal = Total Nilai Induktor

L1 = Induktor ke-1

L2 = Induktor ke-2

L3 = Induktor ke-3

Ln = Induktor ke-n

Contoh Kasus Perhitungan Rangkaian Paralel

Berdasarkan gambar contoh rangkaian Paralel Induktor diatas, diketahui bahwa nilai Induktor :

L1 = 100nH

L2 = 300nH

L3 = 30nH

Ltotal= ?

Penyelesaiannya

1/Ltotal = 1/L1 + 1/L2 + 1/L3 

1/Ltotal = 1/100nH + 1/300nH + 1/30nH

1/Ltotal = 3/300 + 1/300 + 10/300

1/Ltotal = 14/300

1/Ltotal = 14 x L = 1 x 300 (hasil kali silang)

1/Ltotal = 300/14

1/Ltotal = 21,428nH

D.   Saklar (switch)

Alat yang berfungsi sebagai penghubung dan pemutus Arus listrik.  Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan aliran listrik. Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering digunakan sebagai ON/OFF dalam peralatan Elektronika.

Gambar dan Simbol Saklar (Switch) :

E.   Trafo (Transformator)

Komponen elektronika yang berfungsi untuk menaikan dan menurunkan tegangan bolak-balik (AC).

F.   Relay

Piranti yang bekerja berdasarkan elektromagnetik untuk menggerakan sejumlah kontaktor (saklar) yang tersusun

Komponen Aktif :

A.   Dioda

Sebagai penyearah jika dipasang forward , tetapi akan berfungsi sebagai penahan arus jika dipasang sebaliknya (reverse). Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Diode terdiri dari 2 Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.

Berdasarkan Fungsi Dioda terdiri dari :

1.     Dioda Biasa atau Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan berfungsi sebagai penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).

2.     Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian setelah tegangan yang ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan. Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan Zener.

3.     LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda yang dapat memancarkan cahaya monokromatik.

4.     Dioda Foto (Photo Diode) yaitu Dioda yang peka dengan cahaya sehingga sering digunakan sebagai Sensor.

5.     Dioda Shockley (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah Dioda yang berfungsi sebagai pengendali .

6.     Dioda Laser (Laser Diode) yaitu Dioda yang dapat memancar cahaya Laser. Dioda Laser sering disingkat dengan LD.

7.     Dioda Schottky adalah Dioda tegangan rendah.

8.     Dioda Varaktor adalah dioda yang memiliki sifat kapasitas yang berubah-ubah sesuai dengan tegangan yang diberikan.

Gambar dan Simbol Dioda :

Simbol Dioda

Gambar dibawah ini menunjukan bahwa Dioda merupakan komponen Elektronika aktif yang terdiri dari 2 tipe bahan yaitu bahan tipe-p dan tipe-n :

Prinsip Kerja Dioda

Untuk dapat memperjelas prinsip kerja Dioda dalam menghantarkan dan menghambat aliran arus listrik, dibawah ini adalah rangkaian dasar contoh pemasangan dan penggunaan Dioda dalam sebuah rangkaian Elektronika.

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter

Untuk mengetahui apakah sebuah Dioda dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, maka diperlukan pengukuran terhadap Dioda tersebut dengan menggunakan Multimeter (AVO Meter).

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Analog

1.     Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x100

2.     Hubungkan Probe Merah pada Terminal Katoda (tanda gelang)

3.     Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Anoda.

4.     Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter

5.     Jarum pada Display Multimeter harus bergerak ke kanan

6.     Balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang).

7.     Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter

8.     Jarum harus tidak bergerak.
**Jika Jarum bergerak, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak.

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital

Pada umumnya Multimeter Digital menyediakan pengukuran untuk Fungsi Dioda, Jika tidak ada, maka kita juga dapat mengukur Dioda dengan Fungsi Ohm pada Multimeter Digital.

Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan Multimeter Digital (Fungsi Ohm / Ohmmeter)

1.     Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω)

2.     Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)

3.     Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.

4.     Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

5.     Display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.64MOhm)

6.     Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda

7.     Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

8.     Nilai Resistansinya adalah Infinity (tak terhingga) atau Open Circuit.
**Jika terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital (Menggunakan Fungsi Dioda)

1.     Aturkan Posisi Saklar pada Posisi Dioda

2.     Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)

3.     Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.

4.     Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

5.     Display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.42 V)

6.     Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda

7.     Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

8.     Tidak terdapat nilai tegangan pada Display Multimeter.
**Jika terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.


Catatan Penting :

Hal yang perlu diperhatikan disini adalah Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital adalah terbalik. Perhatikan Posisi Probe Merah (+) dan Probe Hitamnya (-).

Cara-cara pengukuran tersebut diatas juga dapat digunakan untuk menentukan Terminal mana yang Katoda dan mana yang Terminal Anoda jika tanda gelang yang tercetak di Dioda tidak dapat dilihat lagi atau terhapus (hilang).

B.   Transistor

Komponen aktif elektronika terbuat dari bahan semikonduktor Germanium, Silikon, dan Gallium Arsenide yang memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai penguat, saklar (switching), dan modulasi sinyal.

Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak fungsi dan merupakan Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia Elektronik modern ini. Beberapa fungsi Transistor diantaranya adalah sebagai Penguat arus, sebagai Switch (Pemutus dan penghubung), Stabilitasi Tegangan, Modulasi Sinyal, Penyearah dan lain sebagainya. Transistor terdiri dari 3 Terminal (kaki) yaitu Base/Basis (B), Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K). Berdasarkan strukturnya, Transistor terdiri dari 2 Tipe Struktur yaitu PNP dan NPN. UJT (Uni Junction Transistor), FET (Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET) juga merupakan keluarga dari Transistor.

Jenis – Jenis Transistor terdiri dari :

1.     Transistor Efek Medan

2.     Transistor Bipolar

3.     Transistor IGBT

4.     Transistor Darlington

5.     Photo Transistor

Gambar dan Simbol Transistor :


C.   IC (Integrated Circuit)

IC (Integrated Circuit) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan bahkan jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi menjadi sebuah Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Bentuk IC (Integrated Circuit) juga bermacam-macam, mulai dari yang berkaki 3 (tiga) hingga ratusan kaki (terminal). Fungsi IC juga beraneka ragam, mulai dari penguat, Switching, pengontrol hingga media penyimpanan. Pada umumnya, IC adalah Komponen Elektronika dipergunakan sebagai Otak dalam sebuah Peralatan Elektronika. IC merupakan komponen Semi konduktor yang sangat sensitif terhadap ESD (Electro Static Discharge).

Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang disebut sebagai Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut belum lagi termasuk komponen-komponen Elektronika lainnya.

Jenis – Jenis IC terdiri dari :

1.     IC Analog

2.     IC Digital

Gambar dan Simbol IC (Integrated Circuit) :

Frekuensi dan Duty Cycle

Frekuensi adalah banyaknya siklus gelombang yang dapat dihasilkan dalam 1 detik. Frekuensi dinyatakan dalam satuan Hertz (Hz). Duty Cycle adalah perbedaan waktu sinyal pada saat logika High dan Low. Duty Cycle dinyatakan dalam satuan persen (%). Semakin Besar duty Cyclenya, maka semakin besar pula Range sinyal highnya. Pada Rangkaian IC 555 kita dapat mengatur besar Frekuensi dan Duty Cyclenya dengan mengatur nilai R1, R2 dan C1.

Rumus menghitung Frekuensi IC 555 adalah :

F = 1,44 / {(R1 + 2R2) * C1}

Pada Skema diatas diketahui Nilai R1 = R2 = 10K ohm, C1= 10uF.

Maka Frekuensinya adalah :

F  = 1,44 / {(10K + 2.10K)* 0.00001F}

*nilai 10uF diubah menjadi farad = 0.00001F

F  = 1,44 / {0.3}

F  = 4.8Hz

Untuk duty Cycle Rumusnya adalah :

D = ((R1 + R2 )* 100) / (R1 + 2R2 )

D = ((10K + 10K)*100 ) / (10K + 2.10K)

D = 2000K / 30K

D = 66.6 %

D.   Tranducer / Sensor:

Komponen elektronika yang dapat mengalami perubahan dalam besaran listrik apabila merespon suatu perubahan bentuk energi yang mengenai fisik dari komponen yang disebut tranducer tersebut. Tranducer dalam dunia elektronika sering juga disebut sebagai sensor.  Ada beberapa jenis tranducer yang akan mengalami perubahan resistansi apabila merespon suatu perubahan energi pada fisik tranducer atau sensor tersebut. Tranducer yang memiliki karakteristik perubahan resistansi tersebut contohnya LDR, NTCdan PTC.

1.     LDR (Light Dependent Resistance) : Resistansi berubah karena pengaruh perubahan intensitas cahaya. Solarcell : Tegangan dihasilkan karena cahaya.

2.     NTC (Negative Temperature Coeffisient) : Resistansi mengecil jika temperature meninggi.

3.     PTC (Positive Temperature Corfficient) : Resistansi membesar jika temperature mengecil.

4.     Microfon (Mic) : Tegangan berubah karena pengarus perubahan suara. Ultrasonic.

5.     Bimetal

6.     Actuator

7.     Speaker

8.     LED

E.   Lampu

Setiap komponen elektronika mempunyai sifat dan karakteristik masing-masing sehingga jika disusun dalam suatu sistem yang benar dapat menghasilkan sebuah perangkat elektronik yang bermanfaat. Komponen-komponen tersebut ditulis dengan simbol internasional untuk membantu pemahaman saat menelusuri cara kerja sistem atau pada saat perancangan sebuah rangkaian elektronika melalui skema elektronika dalam bentuk gambar.

Mungkin cukup sekian yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat :)

Referensi Blog : https://teknikelektronika.com/ 

==================================

Berikut ada beberapa contoh soal 

- 3 Contoh Soal Komponen Seri Resistor


- 3 Contoh Soal Komponen Pararel Resistor

- 3 Contoh Soal Komponen Seri Kapasitor

- 3 Contoh Soal Komponen Pararel Kapasitor

Soal Cincin Warna


Jawabannya :


TERIMA KASIH. SAMPAI JUMPA DI POSTINGAN SELANJUTNYA !!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

LENGKAP!! MATERI LIMIT FUNGSI :)

Q-Learning

NILAI MAKSIMUM JEUNG MINIMUM | KALKULUS 1 | BAHASA SUNDA