makalah sbk
kali ini aku akan membagikan tentang makalah sbk yang berjudul tari piring
I. CARA MENARI
J. FALSAFAH
Kata Pengantar
Makalah ini berisikan tentang seni tari, yaitu tari piring dari sumatera barat. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Sukabumi , 23 Mei 2015
Penulis
Pelajar siswi SMPN 1 SUKARAJA kelas 8 A
MAKALAH
TARI PIRING
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Sumatera Barat sebagai salah satu daerah tujuan utama wisata di Indonesia tidak hanya
menyediakan keindahan alam saja namun juga keindahan budaya seperti
tari-tarian. Seiring perkembangan zaman, seni budaya tari perlahan-lahan mulai
ditinggalkan. Masuknya budaya-budaya baru ke-era globalisasi ini membuat seni tari menjadi sesuatu yang kurang diminati.
Untuk melestarikan kembali kebudayaan tari di
Indonesia, kita perlu mempelajari kembali jenis-jenis tari. Salah satunya yang
akan kita bahas di makalah ini yaitu Tari Pirirng.
Asal-usul Tari Piring berasal dari Sumatera Barat.
Salah satu bentuk
kesenian yang ada di Minangkabau adalah tari Piring yang masih banyak dijumpai
di Sumatra Barat. Kehadiran piring bagi masyarakat Minangkabau pada zaman dulu
merupakan suatu hal yang menarik. Rasa keingintahuan masyarakat terhadap suatu
benda yang baru muncul menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk dijadikan
properti lain di luar alat makan.
Tari
Piring merupakan salah satu warisan
budaya yang harus kita jaga dan lestarikan. Jadi agar seni Tari Piring tetap lestari, kita harus mengetahui semua hal
tentang seni Tari Piring itu
sendiri. Semoga tulisan ini mampu memberikan kita pengetahuan yang lebih luas
tentang Tari pendet, sehingga kita mampu melestarikan warisan budaya ini.
II. Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini kita penulis akan menjelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan
Seni Tari Piring
yaitu :
a)
Bagaimana sejarah Tari Piring?
b)
Apa fungsi Tari Piring?
c)
Apa saja unsur gerak dasar Tari Piring serta busana dasar Penari Piring?
III. Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
a)
Memberikan pengetahuan kepada
generasi penurus tentang Tari Piring
b)
Agar warisan budaya terutama
tari-tarian tetap lestari
c)
Memberi pengetahuan tentang
fungsi Tari Piring dan
d)
Memberi pengetahuan tentang
sejarah Tari Piring.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH TARI PIRING
Salah satu bentuk
kesenian yang ada di Minangkabau adalah tari Piring yang masih banyak dijumpai
di Sumatra Barat. Kehadiran piring bagi masyarakat Minangkabau pada zaman dulu
merupakan suatu hal yang menarik. Rasa keingintahuan masyarakat terhadap suatu
benda yang baru muncul menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk dijadikan
properti lain di luar alat makan.
Kehadiran piring
porselen dari China dipilih sebagai properti vital tari Piring karena desainnya
yang bagus dan memiliki nilai estetis. Gerak-gerak tari dalam desain gerak
spiral menimbulkan kesan estetis pada keseluruhan gerak yang dihasilkannya.
Selain gerak spiral, terdapat juga gerak-gerak akrobatik dapat memberikan kesan
estetis dalam gerak tari piring, misalnya gerak mainjak baro. .
Tarian
Piring merupakan seni tari yang dimiliki oleh orang Minangkabau yang berasal
dari Sumatera Barat. Tarian tersebut menggambarkan rasa kegembiraan dan rasa
syukur masyarakat Minangkabau ketika musim panen telah tiba, dimana para muda
mudi mengayunkan gerak langkah dengan menunjukkan kebolehan mereka dalam
mempermainkan piring yang ada di tangan mereka. Tarian ini diiringi lagu yang
dimainkan dengan talempong dan saluang, yang dimana gerakannya dilakukan dengan
cepat sambil memegang piring di telapak tangan mereka. Kadangkala piring-piring
tersebut mereka lempar ke udara atau mereka menghempaskannya ke tanah dan
diinjak oleh para penari tersebut dengan kaki telanjang.Kesenian tari piring
ini dilakukan secara berpasangan maupun secara berkelompok dengan beragam
gerakan yang dilakukan dengan cepat, dinamis serta diselingi bunyi piring yang
berdentik yang dibawa oleh para penari tersebut. Pada awalnya sejarah tari
piring ini memiliki maksud dalam pemujaan masyarakat minangkabau terhadap Dewi
Padi dan penghormatan atas hasil panen. Namun pada jaman sekarang tarian
tersebut lebih sering diadakan pada acara pernikahan.
Tari Piring ini menjadi sangat
digemari bahkan di negeri tetangga juga seperti Malaysia tari ini sering
dibawakan. di luar negeri tari piring dikenal dan disenangi karena tarian ini
memiliki gerakan yang enerjik, bersemangat, atraktif, dinamis, serta gerakan
dari tari tersebut tidak monoton sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi
para penonton Tari Piring.Tidak dapat dipastikan dengan tepat mengenai sejarah
Tari Piring. Namum, dipercayai bahwa ia telah ada sejak sekian lama di
kepulauan Melayu sejak lebih 800 tahun yang lalu. Tarian ini dipercayai telah
ada di Sumatra Barat atau lebih dikenali sebagai Minangkabau, dan berkembang
hingga ke Jaman Sriwijaya. Kemunculan kerajaan Majapahit pada kurun ke 16, yang
menjatuhkan kerajaan Sriwijaya telah mendorong perkembangan Tari Piring ke
negeri-negeri Melayu bersama-sama orang yang hijrah ke Sriwijaya ketika itu.
B.
ASAL
USUL PENCIPTAAN TARI PIRING
Tari
Piring tercipta karena ”wanita-wanita cantik yang berpakaian indah, serta
berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika membawa
piring berisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai
sajian. Wanita-wanita ini akan menari sambil berjalan, dan dalam waktu yang
sama menunjukan kecakapan mereka membawa piring yang berisi makanan tersebut”.
Kedatangan Islam telah membawa
perubahan kepada kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring tidak lagi
dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi untuk acara-acara keramaian yang
dihadiri oleh raja-raja atau pembesar negeri. Keindahan dan keunikan Tari
Piring telah mendorong perluasannya dikalangan rakyat jelata, yaitu di
acara-acara perkawinan yang melibatkan persandingan. Dalam hal ini, persamaan
konsep masih ada, yaitu pasangan pengantin masih dianggap sebagai raja yaitu
‘Raja Sehari’ dan layak dipersembahkan Tari Piring di hadapannya ketika
bersanding
C. FUNGSI TARI PIRING
Tari Piring sendiri
cukup beragam. Akan tetapi, pada umumnya tari Piring
di Minangkabau ditampilkan pada upacara adat seperti pengangkatan penghulu, upacara perkawinan, khitanan, dan juga upacara setelah panen, yaitu upacara yang dilakukan bagi orang yang mampu karena panennya berhasil dengan baik. Tujuan upacara ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan rezeki dan bagi yang mempercayai mitos mereka akan mengucapkan syukur kepada dewi padi yang disebut dengan “Saning Sri”.
di Minangkabau ditampilkan pada upacara adat seperti pengangkatan penghulu, upacara perkawinan, khitanan, dan juga upacara setelah panen, yaitu upacara yang dilakukan bagi orang yang mampu karena panennya berhasil dengan baik. Tujuan upacara ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan rezeki dan bagi yang mempercayai mitos mereka akan mengucapkan syukur kepada dewi padi yang disebut dengan “Saning Sri”.
Dalam perkembangannya,
pertunjukan tari Piring tidak hanya ditampilkan pada upacara adat saja
melainkan ditampilkan juga untuk memeriahkan hari-hari besar lainnya, seperti
peringatan hari kemerdekaan, pameran, festival, dan penyambutan tamu-tamu
kenegeraan.
D. RAGAM GERAK TARI
PIRING
Ragam gerak tari
Piring ini dilakukan di atas pecahan kaca. Gerakan-gerakan tersebut adalah
sebagai berikut.
a) Gerak pasambahan
Gerak yang dibawakan oleh penari pria bermakna sembah
syukur kepada Allah
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.
Swt. serta permintaan maaf kepada penonton yang menyaksikan tari ini agar terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat merusak jalannya pertunjukan.
b) Gerak singanjuo lalai
Gerak ini
dilakukan oleh penari wanita yang melambangkan suasana di hari
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.
pagi, dilakukan dengan gerakan-gerakan lembut.
c) Gerak mencangkul
Gerak ini melambangkan para petani ketika sedang
mengolah sawah.
d) Gerak menyiang
Gerak ini menggambarkan kegiatan para petani saat
membersihkan sampah sampah yang akan mengganggu tanah yang akan digarap.
e) Gerak membuang sampah
Gerak ini menggambarkan tentang bagaimana para petani
mengangkat sisa-sisa sampah untuk dipindahkan ke tempat lain.
f) Gerak menyemai
Gerak ini melambangkan bagaimana para petani menyemai
benih padi yang
akan ditanam.
akan ditanam.
g) Gerak memagar
Gerak ini menggambarkan para petani dalam memberi
pagar pada pematang sawah agar tehindar dari binatang liar.
h) Gerak mencabut benih
Gerak ini menggambarkan bagaimana mencabut benih yang
sudah ditanam.
i) Gerak bertanam
Gerak ini menggambarkan bagaimana para petani
memindahkan benih yang telah dicabut.
j)
Gerak melepas lelah
Gerak ini menggambarkan bagaimana para petani
beristirahat melepas lelah
sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.
sesudah melaksanakan pekerjaan mengolah sawah.
k) Gerak mengantar juadah
Mengantar juadah ini berarti mengantar makanan kepada
para petani yang
telah mengolah sawah.
telah mengolah sawah.
l) Gerak menyabit padi
Gerak ini dibawakan oleh penari pria yang
menggambarkan bagaimana para petani di sawah pada saat menyabit padi.
m) Gerak mengambil padi
Gerak ini dibawakan oleh penari wanita saat mengambil
padi yang telah dipotong oleh penari pria.
n) Gerak manggampo padi
Gerakan yang dilakukan dalam hal mengumpul padi dan
dibawa ke suatu tempat.
o) Gerak menganginkan padi
Gerak ini menggambarkan padi yang telah dikumpulkan
untuk dianginkan dan nantinya akan terpisah antara padi dan ampas padi.
p) Gerak mengirik padi
Gerak yang menggambarkan bagaimana para petani
mengumpulkan padi dan menjemurnya.
q) Gerak membawa padi
Gerak yang dilakukan para petani saat membawa padi
untuk dibawa ke tempat lain.
r) Gerak menumbuk padi
Gerak yang dilakukan untuk menumbuk padi yang telah
dijemur dilakukan oleh pria, sedangkan wanita mencurahkan padi.
s) Gotong royong
Gerak yang dilakukan secara bersama yang melambangkan
sifat kegotongroyongan.
t) Gerak menampih padi
Gerakan yang menggambarkan gerakan bagaimana para
petani menampih padi yang telah menjadi beras.
u) Gerak menginjak pecahan kaca
Penggabungan dari berbagai gerak dan diakhiri oleh
penari menginjak-injak pecahan kaca yang dilakukan dengan atraktif dan ditambah
dengan beberapa gerak-gerak improvisasi penari.
E. POLA LANTAI TARI
PIRING
Pola lantai yang
dipergunakan dalam tari ini adalah lingkaran besat dan kecil, berbaris, spiral,
horizontal, dan vertikal serta penempatan level bawah, leve sedang serta level
atas ditambah dengan pembagian beberapa kelompok.
Berbagai macam gerak tari Piring tersebut dibagi ke
dalam tiga fase, yaitu gerak awal yang terdiri atas gerak pasambahan dan
singanjuo lalai. Bagian tengah terdiri atas gerak mencangkul sampai gerak
menampih padi, dan bagian akhir terdiri atas gerak menginjak pecahan kaca.
F. IRINGAN MUSIK
Alat musik yang
digunakan untuk mengiringi tari Piring adalah talempong, gandang, seruling, dan
jentikan jari penari terhadap piring yang dipegang. Alat musik yang digunakan untuk
mengiringi Tari Piring, sama dengan pukulan Rebana dan Gong. Pukulan Gong amat
penting sekali karena ia akan menjadi panduan kepada penari untuk menentukan langkah
dan gerak Tari Piringnya. Biasaannya, kumpulan Rebana yang mengiringi dan
mengarak pasangan pengantin diberi tanggungjawab untuk mengiringi persembahan
Tari Piring. Namun, dalam keadaan tertentu Tari Piring boleh juga diiringi oleh
alat musik lain seperti Talempong dan Gendang.
G. BUSANA PENARI
Busana yang digunakan
oleh penari tari piring terbagi atas busana untuk penari pria dan penari
wanita.
a.
Busana Penari pria
Busana rang mudo/baju
gunting China yang berlengan lebar dan dihiasai dengan missia (renda
emas).Saran galembong, celana berukuran besar yang pada bagian tengahnya
(pisak) warnanya sama dengan baju.Sisamping dan cawek pinggang, yaitu berupa
kain songket yang dililitkan di pinggang dengan panjang sebatas lutut. Adapun
cawek pinggang adalah ikat pinggang yang terbuat dari bahan yang sama dengan
bahan sesamping yang pada ujungnya diberi hiasan berupa
rumbai-rumbai.Deta/destar, yaitu penutup kepala yang tebuat dari bahan kain
songket berbentuk segitiga yang diikatkan di kepala.
b.
Busana penari wanita
Baju kurung yang
terbuat dari satin dan beludru.Kain songket.Selendang songket yang dipasang
pada bagian kiri badan. Tikuluak tanduak balapak, yaitu penutup kepala khas wanita Minangkabau dari
bahan songket yang meyerupai tanduk kerbau.Aksesoris berupa kalung rambai dan
kalung gadang serta subang/anting.Biasaannya, pakaian yang berwarna-warni dan cantik adalah
hal yang wajib bagi sesebuah tarian. Tetapi bagi Tari Piring, cukup dengan
berbaju Melayu dan bersamping saja. Warna baju juga terserah kepada penari itu
sendiri. Namun, warna-warna terang seperti merah dan kuning sering menjadi
pilihan penari Tari Piring karena ia lebih mudah di lihat oleh penonton.
H. MAKNA DARI PROSESI TARI PIRING
Tari
Piring dikatakan tercipta dari ”wanita-wanita cantik yang berpakaian indah,
serta berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika
membawa piring berisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa
sebagai sajian. Wanita-wanita ini akan menari sambil berjalan, dan dalam masa
yang sama menunjukan kecakapan mereka membawa piring yang berisi makanan
tersebut”. Kedatangan Islam telah membawa perubahan kepada kepercayaan dan
konsep tarian ini. Tari Piring tidak lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa,
tetapi untuk majlis-majlis keramaian yang dihadiri bersama oleh raja-raja atau
pembesar negeri.
Keindahan dan keunikan Tari Piring telah
mendorong kepada perluasan persembahannya dikalangan rakyat jelata, yaitu
dimajlis-majlis perkawinan yang melibatkan persandingan. Dalam hal ini,
persamaan konsep masih wujud, yaitu pasangan pengantin masih dianggap sebagai
raja yaitu ‘Raja Sehari’ dan layak dipersembahkan Tari Piring di hadapannya
ketika bersanding.
Seni Tari Piring mempunyai peranan yang
besar di dalam adat istiadat perkawinan masyarakat Minangkabau. Pada dasarnya,
persembahan sesebuah Tari Piring di majlis-majlis perkawinan adalah untuk
tujuan hiburan semata-mata. Namun persembahan tersebut boleh berperanan lebih
dari pada itu. Persembahan Tari Piring di dalam sesebuah majlis perkawinnan
boleh dirasai peranannya oleh empat pihak yaitu; kepada pasangan pengantin
kepada tuan rumah kepada orang ramai kepada penari sendiri. Pada umumnya,
pakaian yang berwarna-warni dan cantik adalah hal wajib bagi sebuah tarian.
Tetapi pada Tari Piring, sudah cukup dengan berbaju Melayu dan bersamping saja.
Warna baju juga adalah terserah kepada penari sendiri untuk menentukannya.
Namun, warna-warna terang seperti merah dan kuning sering menjadi pilihan
kepada penari Tari Piring kerana ia lebih mudah di lihat oleh penonton.
I.
CARA
MENARI
Terdapat
berbagai cara atau versi untuk menari Tari Piring, tergantung kepada tempat
atau kampung atau daerah di mana Tari Piring tersebut dimainkan. Namun tidak
banyak perbedaan antara satu tempat dengan tempat yang lain, khususnya mengenai
konsep, pendekatan dan gaya persembahan. Secara keseluruhannya, untuk memahami
bagaimana sesebuah Tari Piring dipersembahkan, berikut adalah urutan atau
susunan tari piring :
1.
Persiapan awal.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah
persembahan kesenian harus dimulai dengan persiapan yang rapi. Sebelum sebuah
persembahan dimulai, selain latihan untuk kecakapan, para penari Tari Piring
juga seharusnya mempunyai latihan pernafasan yang baik agar tidak kacau
sewaktu pertunjukan.akan gunakan berada
dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing harus diganti dengan yang
lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang menonton.
Ketika ini juga penari telah memutuskan jumlah piring yang akan digunakan.
Segera setelah berakhir persembahan
Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin, piring-piring akan diatur dalam
berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan pengantin mengikuti jumlah yang
diperlukan oleh penari Tari Piring dan tempat. Dalam waktu yang sama, penari
Tari Piring telah bersiap-siap dengan menyarungkan dua bentuk cincin khas,
yaitu satu di jari tangan kanan dan satu dijari tangan kiri. Penari ini
kemudian memegang piring atau ceper yang tidak retak atau sumbing.
2.
Memulai tarian.
Tari
Piring akan dimulai serentak dengan rebana dan gong yang dipukul oleh para
pemusik. Penari akan memulai Tari Piring dengan ‘sembah pengantin’ sebanyak
tiga kali sebagai tanda hormat kepada pengantin tersebut yaitu; sembah
pengantin tangan di hadapan sembah pengantin tangan di sebelah kiri sembah
pengantin tangan di sebelah kanan
3.
Waktu menari
Selesai dengan tiga peringkat sembah
pengantin, penari Tari Piring akan memulai tariannya dengan menngambil piring
yang di letakkan di hadapannya serta mengayun-ayunkan tangan ke kanan dan kiri
mengikut rentak musik yang dimainkan. Penari kemudian akan berdiri dan
mulai memijak satu persatu piring-piring
yang telah disusun tadi sambil menuju ke arah pasangan pengantin di hadapannya.
Biasaannya, penari Tari Piring akan memastikan bahwa semua piring yang telah diatur
tersebut dipijak. Setelah semua piring selesai dipijak, penari Tari Piring akan
memundurkan langkahnya dengan memijak lagi piring yang telah disusun tadi.
Penari tidak boleh membelakangi pengantin.
Selanjutnya langkah kedua, kedua
tangan akan terus diayun ke kanan dan ke kiri sambil menghasilkan bunyi ‘ting
ting ting ting …….’ hasil ketukan jari-jari penari yang telah disarungi cincin
dengan bagian bawah piring. Sesekali, kedua-dua tapak tangan yang diletakkan
piring akan diputar-putarkan ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah memutar-mutar
di atas kepala.
4.
Mengakhiri persembahan
Sebuah persembahan Tari Piring oleh
seorang penari akan berakhir apabila semua piring telah dipijak dan penari
menutup persembahannya dengan melakukan sembah penutup atau sembah pengantin
sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah pengantin dengan
susunan berikut; sembah pengantin tangan sebelah kanan sembah pengantin tangan
sebelah kiri sembah pengantin tangan sebelah hadapan
J.
FALSAFAH
Tari Piring mempunyai peranan yang
besar didalam adat istiadat perkawinan masyarakat Minangkabau. Pada dasarnya,
persembahan Tari Piring di acara-acara perkawinan adalah untuk tujuan hiburan
semata-mata. Namun persembahan tersebut boleh berperan lebih dari
itu.Persembahan Tari Piring didalam sebuah acara perkawinnan boleh dirasai
peranannya oleh empat pihak iaitu; kepada pasangan pengantin kepada tuan rumah
kepada orang ramai kepada penari sendiriSuatu perkara yang menarik bagi Tari
Piring ialah kebolehan dan kecakapan penarinya dalam memijak-mijak kaca di atas
pentas untuk mengakhiri persembahan Tari Piring. Didalam persembahan ini kaca
yang telah dipecah-pecahkan berukuran antara tiga hingga delapan centimeter di
letakkan di atas pentas yang kemudian dipijak-pijak serta dikais-kais dengan
kaki oleh para penari. Simboliknya acara
ini ialah “para pembawa hidangan yang sedang melalui atau memijak kaca piring
yang pecah kakinya tidak cedera
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai
materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca yang budiman dusi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah
ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
Komentar
Posting Komentar